Kisah Kakek 50 Tahun yang Mengalami Gangguan Jiwa

SANGKAR biasanya hanya dijadikan sebagai tempat memelihara burung atau hewan peliharaan lainnya. Namun di Desa Panyura Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, justru manusia yang dimasukkan dalam sangkar.Laporan: Kasman

Sangkar besi bukanlah tempat yang layak bagi manusia untuk menjalani kehidupan sehari-hari, tapi Rahim yang saat ini sudah berusia sekitar 50 tahun, menjalani kehidupannya dalam kerangkeng atau sangkar besi selama 30 tahun terakhir ini.

Menurut informasi dari kerabat dekat pria malang ini, Rahim menderita gangguan jiwa sejak duduk di bangku kelas tiga SLTA. Berbagai pengobatan alternalif dilakukan untuk menyembuhkan Rahim. Sayangnya, penyakit tak kunjung pergi.

Tidak ada yang tahu pasti kapan tepatnya Rahim menjalani kehidupannya dalam sangkar besi berukuran sekitar 1 X 2 meter dan digembok rapat tersebut. yang jelas menurut informasi, bapak satu anak ini sudah berada dalam tempat itu sekitar tahun 1972.

Bahkan menurut cerita warga sekitar, saat anaknya yang diketahui bernama Mira dan istrinya Rosmi meninggal dunia, dia sudah berada dalam sangkar.

Sangkar yang dijadikan sebagai rumah oleh Rahim ini, di letakkan di atas teras rumah orang tuanya di Desa Panyura Kecamatan Baraka, Enrekang. Rumah tersebut sudah tidak dihuni oleh siapa-siapa selain Rahim, karena kedua orang tuanya telah wafat. Sementara saudaranya, telah berkeluarga dan memiliki rumah sendiri.

Adik kandung Rahim, Sukur, yang ditemui wartawan beberapa waktu lalu menceriterakan, sebelum dimasukkan ke dalam kerangkeng besi, pihak keluarga telah berupaya mengobati Rahim dengan membawanya ke rumah sakit. Menurut Syukur, Rahim pernah dirawat di Rumah Sakit Dadi Makassar, tapi usaha tersebut sia-sia.

“Bapak (almarhum) dulu, ingin agar Rahim dirawat di Rumah Sakit Dadi sampai sembuh, berapapun biayanya, tapi pihak rumah sakit menolak. Makanya terpaksa kita masukkan ke dalam kerangkeng,” kata Sukur yang saat ini sudah berusia sekitar 40 tahun.

Sukur jugalah yang selama ini merawat Rahim, termasuk memberikan makan dan minum. Rumah Sukur memang tidak jauh dari tempat Rahim dikerangkeng.”Sebelum gila, Rahim itu orang baik, suka menolong warga kampung,” kata beberapa tetangga Rahim di Desa Panyura.

Meski berada dalam sangkar besi, kondisi fisik Rahim tetap tanpak segar bugar. Bahkan saat diajak berbincang, Rahim dengan antusias menjawab, meski kadang tidak nyambung. “Saya belum mau keluar dari ini sebelum waktunya,” ujar
Rahim kepada Fajar. (*)