Pertanian dan Kehutanan


ENREKANG– Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian Enrekang, drh Junwar mengatakan, produksi susu murni yang dihasilkan daerahnya setiap hari mencapai 6.000 liter. Susu tersebut menurut dia, dihasilkan puluhan kelompok tani yang ada. Di pihak lain, populiasi sapi perah di Kabupaten Enrekang saat ini, mencapai 1.400 ekor.

Sapi tersebut tersebar pada 12 kelompok tani ternak dengan jumlah anggota mencapai 256 orang. “Diperkirakan 2009 mendatang jumlah sapi perah akan meningkat menjadi sekitar 3.000 ekor.

Kemudian pada 2010, jumlahnya akan lebih meningkat dengan perkiraan mencapai 5.000 ekor,” kata Junwar di ruang kerjanya, Senin 24 Maret kemarin.

Meski demikian lanjutnya, kendalanya susu yang dihasilkan petani tersebut masih dikelola secara tradisional sehingga pemasarannya pun masih terbatas.

Dalam mengatasi hal tersebut, Dinas Pertanian pada 2008 ini berencana membangun instalasi pengolahan susu segar di Bumi Massenrempulu. Anggaran yang disediakan Rp720 juta bersumber dari pemerintah pusat (APBN 2008).

“Kapasitas olahan instalasi ini mencapai 500 liter susu setiap hari. Sementara produksi susu kita sudah 6000 liter per hari. Jadi instalasi pengolahan yang rencananya akan dibanguna dalam waktu dekat ini, hanya mampu menlayani 12 persen dari produksi susu yang ada sekarang ini,” ungkapnya. (k4)

ENREKANG– Koordinator Penyuluh Pertanian Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Enrekang Hasanuddin mengatakan bahwa sampai saat ini, Kabupaten Enrekang masih kekurangan tenaga penyuluh pertanian lapangan (PPL).Padahal sesuai data yang ada, 95 persen penduduk Kabupaten Enrekang hidup di sektor pertanian. Ironisnya hal itu tidak dibarengi dengan ketersediaan tenaga PPL.

Hasanuddin menjelaskan, tenaga PPL yang ada saat ini, hanya 128 orang dengan 129 desa dan kelurahan yang tersebar di 12 Kecamatan. Jumlah tersebut lanjut dia, sudah termasuk tenaga kontrak dan sukarelawan.

“Jumlah tersebut sudah termasuk koordinator kecamatan dan kabupaten. Seharusnya setiap desa memiliki minimal satu PPL. Namun sekarang, ada PPL yang menangani tiga desa sehingga cukup kewalahan,” ujarnya di ruang kerjanya, Jumat 22 Februari kemarin.

Dengan melihat jumlah desanya menurut dia, idealnya Enrekang memiliki 160 tenaga PPL. “Memang ada tambahan tenaga kontrak tahun ini, sebanyak 25 orang, tapi itu masih sangat kurang,” tandasnya seraya berharap pada penerimaan CPNS mendatang, tenaga PPL bisa diprioritaskan. (k4)

ENREKANG– Bupati Enrekang, H La Tinro La Tunrung mengimbau petani kopi di Massenrempulu, tetap menjaga kualitas komoditi kopi mereka sebelum menjual ke pasaran.Di hadapan pengurus Asosiasi Petani Kopi Indonesia (APKI) Enrekang, La Tinro mengatakan, nama Kabupaten Enrekang pernah dikenal hingga ke mancanegara melalui kopi Kalosi-nya.

Namun harga kopi tersebut anjlok akibat ulah oknum tertentu yang mencampur kopi Kalosi dengan kopi jenis lain. “Untuk itu, jangan sampai hal ini terulang lagi.

Dengan adanya asosiasi yang terbentuk saat ini, kita berharap kualitas kopi kita bisa terjaga,” ujar Tinro saat mengukuhkan pengurus APKI di Kecamatan Masalle, Senin 11 Februari kemarin.

Menurut bupati, pemerintah saat ini telah berupaya memurnikan tanaman kopi Kalosi yang mulai langka.

“Kopi Kalosi ini hanya bisa tumbuh di tiga negara dan hanya di Kabupaten Enrekang di Indonesia yang bisa kita tempati mengembangkan kopi itu. Harganya juga saat ini mencapai Rp100.000 per kilogram,” ucapnya. (k4)

Laporan : Kasman, Berburu Babi ala Petani Enrekang (2-selesai)

Guyuran hujan dan medan hutan yang cukup sulit, tidak menyurutkan niat para petani untuk mengepung kawasan hutan di Kecamatan Enrekang. Ini dilakukan demi mengamankan tanaman di ladang.Berburu babi secara massal yang oleh masyarakat Enrekang disebut Marrangngan. Aktivitas ini memang sudah menjadi tradisi turun temurun para petani di Bumi Massenrempulu. Konon kegiatan seperti ini sudah ada sejak tahun 1959, dan masih dipertahankan hingga sekarang.

Kegiatan yang melibatkan ratusan bahkan ribuan orang ini, ternyata cukup ampuh untuk mengamankan tanaman para petani dari serangan hama babi. Para petani mengaku sudah dapat tidur nyenyak pada malam hari, setelah mengepung kawasan hutan secara bersama-sama di sekitar lahan perkebunan mereka.

“Kalau kita sudah melakukan perburuan begini, maka kebun jagung atau padi tidak perlu lagi dijaga sampai masa panen tiba, karena hama babi itu sudah menjauh,” ujar Mannahuri, salah satu tokoh masyarakat Lewaja.

Para petani mengaku harus begadang di kebun setiap malam untuk mengamankan tanaman mereka dari serangan hama babi itu. Setelah kegiatan marrangngan, mereka pun sudah dapat tidur dengan nyenyak.

Hanya saja akhir-akhir ini, kegiatan yang diyakini mampu memperkuat tali persaudaraan di antara sesama petani ini, rawan ditunggangi oleh elite-elite politik. Itu karena massa yang tergabung dalam komunitas ini jumlahnya tidak sedikit.

Para elite politik memanfaatkan momen marrangngan ini untuk melakukan pendekatan-pendekatan politik, demi mendapatkan simpati dari masyarakat.

Apalagi untuk menghadapi suksesi pemilihan bupati Enrekang Agustus mendatang, para kandidat berlomba-lomba untuk meraih simpati masyarakat dengan menawarkan berbagai bantuan.

“Memang sering ada calon bupati yang menawarkan bantuannya kepada kami, tapi bukan berarti kegiatan Marrangngan ini adalah kegiatan politik,” kata salah satu peserta Marrangngan. (*)

Berburu Babi ala Petani Enrekang (1)

Tak tahan menyaksikan ladang mereka yang setiap malam diobrak abrik oleh binatanag liar, seperti babi, para petani di kabupaten Enrekang akhirnya sepakat untuk membentuk komunitas untuk mengatasi serangan binatang tersebut. Laporan : KASMAN, Enrekang

Pagi itu, Minggu 3 Februari sekira pukul 07.00 wita, ribuan petani berkumpul di Kelurahan Lewaja Kecamatan Enrekang.

Mereka datang dari berbagai penjuru desa dengan peralatan lengkap. Hari itu warga akan mengepung kawasan hutan yang ada di Kelurahan Lewaja.

Massa yang dikoordinir masing-masing tokoh masyarakat dari masing-masing desa tersebut, telah dilengkapi dengan senjata tradisional, berupa tombak dan parang. Setiap orang juga dampingi oleh satu ekor anjing peliharaan yang memang telah terlatih.

Setelah rombongan sudah dinyatakan lengkap, para pemburu briefing sejenak untuk membicarakan titik-titik dalam kawasan hutan yang akan dikepung nantinya. Setelah itu, seribuan lebih massa yang merupakan petani, membagi diri dalam beberapa kelompok.

Dengan satu komando, masing-masing kelompok memasuki kawasan hutan sesuai dengan jalur yang telah ditentukan. Hanya dalam hitungan menit, ribuan massa lengkap dengan anjing jagoannya tersebut, telah menyebar dalam kawasan hutan.

Selang beberapa menit, suara anjing yang meraum terdengar. Menjadi pertanda perburuan telah dimulai.

Anjing yang telah dilepaskan oleh pemiliknya tadi, ternyata telah menemukan sasaran perburuan yakni babi celeng yang selama ini merusak tanaman warga. Massa pun akhirnya berlari mengikuti suara anjing tersebut.

Sekitar 30 menit kemudian, salah seorang dari rombongan memberi kabar kepada yang lain, bahwa seekor babi telah dibunuh.

Perburuan terus dilanjutkan, hingga pukul 14.00 wita. Laporan dari Kepala Lurah Lewaja, Syafruddin Rahman, menyebutkan rombongan sudah berhasil membunuh 45 ekor babi!

“Rombongan masih akan melanjutkan perburuan hingga petang. Yang jelas target kita adalah hutan di kawasan Lewaja dan Batili ini, harus disisir. Sampai saat ini, sudah 45 ekor babi yang berhasil dimusnahkan,” ungkap Syafruddin.

Syafruddin menambahkan, massa yang menyisir hutan Lewaja ini, datang dari beberapa Kecamatan yang ada di Enrekang, ini sebagai wujud kebersamaan warga untuk membasmi hama babi.

Kegiatan seperti ini kata Syafruddin dilakukan warga secara bersama-sama, juga dilakukan di lokasi yang berbeda.

“Selain untuk mengurangi serangan hama babi, kegitan ini juga untuk mempererat hubungan kekerabatan di antara sesama petani. Dan ini dilakukan di setiap Kecamatan, tergantung dari Kecamatan mana yang megundang, maka semua petani pasti hadir membantu.(*)

ENREKANG — Kepala Dinas Peternakan Provinsi Sulsel Airifin Daud, diperiksa oleh penyidik Mapolres Enrekang, Sabtu 19 Januari, terkait dugaan penyimpangan bantuan sapi, yang disalurkan di Kabupaten Enrekang tahun 2006 lalu.Arifin Daud diperiksa tiga jam di ruang Kanit Tipikor Polres Enrekang. Usai pemeriksaan, Arifin Daud langsung meninggalkan Polres Enrekang, sehinga tidak dapat dimintai komentarnya. Saat dikonfirmasi melalui ponselnya, Arifin Daud menjelaskan bahwa kehadirannya di Mapolres Enrekang, sebatas memberikan pelurusan terkait masalah bantuan sapi itu. Menurut dia, bantuan sapi 530 ekor yang disalurkan ke Kabupaten Enrekang tahun 2006 lalu, sudah sesuai prosedur. Dia juga membantah jika sapi tersebut ada yang dialihkan ke salah satu pesantren di Kecamatan Maiwa Enrekang.

“Tidak ada sebenarnya masalah dalam penyalurannya, mekanismenya kan kelompok tani mengusulkan ke Dinas Pertanian Kabupaten, kemudian Dinas Pertanian Kabupaten melanjutkan ke Provinsi, dalam hal ini Dinas peternakan, atas usulan itulah kami menyalurkan sapi itu ke Enrekang,” kata Arifin Daud.

Sementara itu, Kapolres Enrekang AKBP Endi Sutendi yang dikonfirmasi membenarkan pemeriksaan terhadap Arifin Daud. Hanya saja kata dia, sampai saat ini Polres masih dalam tahap pemanggilan semua pihak yang terkait dalam penyaluran sapi tersebut. “Kita akan panggil semua pihak yang terkait dalam penyaluran sapi itu, hasil pemeriksaan itu nantinya akan kita pilah-pilah mana yang bisa dijadikan tersangka,” ungkap Kapolres. (k4)

ENREKANG(Fajar) — Jika sebelumnya para petani di Kabupaten Enrekang kesulitan untuk memperoleh bibit kentang, maka mulai tahun 2008 ini kesulitan itu sudah teratasi. Pasalnya, Kabupaten Enekang saat ini sudah berhasil menciptakan bibit kentang jenis Granola (G2).Hal ini ditandai dengan pesta panen perdana yang dihadiri oleh Sekretaris Menteri Riset dan teknologi (Sesmenristek) Prof Dr Benyamin Lakitan, dan tim peneliti dari Unhas masing-masing Prof Baharuddin dan Prof Badrun Sakaria serta peneliti dari LIPI Jakarta.

Program pengembangan bibit kentang granola ini, bekerjasama antara LIPI, Unhas dan Pemkab Enrekang. Dalam panen raya yang dilaksanakan di Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang Selasa 8 Januari tersebut, Ketua tim teknis Pertanian dari
Universitas Hasanuddin, Prof Badrun Sakaria mengatakan bahwa dalam periode Januari-Februari 2008 ini, ditargetkan Kabupaten Enrekang sudah mampu memproduksi bibit kentang 20 ton.

Sebelumnya, untuk menanam kentang di Enrekang, para petani harus memesan dari luar Sulsel, seperti Bandung.

“Jadi petani di Sulsel tidak usah membeli bibit kentang dari luar Sulsel, karena sekarang sudah ada di kabupaten Enrekang,” ujar Prof badrun. Sementara itu, Prof Baharuddin mengatakan bahwa Kecamatan Masalle akan dijadikan sebagai pusat benih kentang granola. Dan dalam dua sampai tiga tahun ke depan lanjut Sekretaris Pusat Kegiatan Penelitian (PKP) Unhas ini, Kabupaten Enrekang sudah mampu menghasilkan 500 ton benih kentang. (k4)

ENREKANG(Fajar) — Polres Enrekang rupanya tidak main-main dalam mengusut dugaan penyelewengan kasus bantuan sapi di Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang yang disalurkan pada tahun 2006 lalu.Setelah melakukan penyelidikan di lapangan, penyidik Polres kini mulai melakukan pemanggilan terhadap pihak yang dinilai terkait dengan penyaluran 530 ekor sapi dari Provinsi itu.

Pada Selasa 11 Desember kemarin, polisi telah memeriksa Amrullah, salah satu staf bidang Peternakan Dinas pertanian Kabupaten Enrekang. Amrullah menjalani pemeriksaan sekitar dua jam di ruang Kanit tipikor Polres Enrekang.

Amrullah datang di Mapolres Enrekang sekitar pukul 09.00 wita dengan menggunakan pakaian seragam PNS, dan langsung menuju ruang pemeriksaan.

Kasat Reskrim Polres Enrekang, AKP Muh Natsir mengatakan bahwa pemeriksaan Amrullah dilakukan karena dinilai mengetahui proses pembagian sapi itu, termasuk kelompok tani yang menerimanya.

“Baru Amrullah yang kita panggil hari ini, tapi ini kan bertahap, kita masih panggil beberapa pejabat Dinas Pertanian yang dinilai mengetahui proses penyaluran sapi itu,” ujarnya kepada Fajar kemarin.

“Kita sudah ada jadwal pemanggilan, termasuk nama pejabat yang akan kita panggil,” tambahnya. Namun Natsir belum menyebutkan siapa saja yang akan dipanggil. (k4)

ENREKANG — Dugaan penyelewengan bantuan sapi yang disalurkan Pemprov Sulsel ke Kabupaten Enrekang tahun 2006 lalu, kini telah menjadi polemik di kalangan masyarakat Enrekang, khususnya Kecamatan Maiwa.Untuk itu, Kepala Dinas Peternakan (Kadisnak) Sulsel, Arifin Daud, turun ke lokasi
penyaluran sapi tersebut, yakni di Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang, Kamis 29 November kemarin.

Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian Enrekang, drh Junwar mengatakan bahwa pihaknya sengaja mengundang Kadisnak Sulsel untuk datang ke Enrekang meluruskan masalah penyaluran sapi itu, karena hal ini lanjut dia, telah menjadi polemik di kalangan masyarakat sejak beberapa hari terakhir.

“Kita ingin agar masalah ini tuntas, makanya hari ini, Kepala Dinas Peternakan kami minta untuk datang ke lokasi memberikan penjelasan. Sekarang beliau (Arifin Daud, red) sudah dalam perjalanan ke Enrekang,” ujar Junwar kepada wartawan.

Junwar juga mengatakan bahwa, bantuan sapi yang diterima Kabupaten Enrekang tahun 2006 lalu, sebenarnya jumlahnya 530 ekor, namun dalam proses penyalurannya, sapi tersebut tiga kali tiba di Enrekang.”Saya lupa berapa rinciannya setiap tahapan, yang jelas dari 530 ekor itu, tiga kali tiba,” paparnya.

“Jadi data yang ditemukan polisi yang menyebutkan 150 ekor, itu mungkin hanya res ke dua, dan dari jumlah itu, semua kita salurkan sesuai peruntukannya, yakni kepada tiap kelompok tani. Jadi tidak benar kalau dikatakan salah sasaran,” kuncinya. (k4)

ENREKANG(Fajar) — Gerakan penanaman sejuta pohon di Kabupaten Enrekang akan dimulai hari ini, Rabu 28 November, yang dipusatkan di Kecamatan Maiwa Desa Salo Dua, Enrekang.Dalam kegiatan perdana yang melibatkan seluruh unsur Muspida Enrekang termasuk organisasi wanita ini, jumlah bibit pohon yang akan ditanam khusus di desa tersebut,
mencapai 10 ribu batang.

Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Enrekang, Ir Sattu mengatakan bahwa jenis pohon yang akan ditanam dalam penanaman perdana ini, terdiri dari pohon pinus, Uru, Mahoni serta pohon durian dan rambutan.”Kita sengaja melibatkan berbagai pihak dalam kegiatan ini, agar supaya ada kepedulian dari semua kalangan untuk memelihara lingkungaan dan mengurangi pemanasan global,” ujar Sattu, kepada wartawan kemarin.

Setelah di Desa Salo Dua lanjutnya, penanaman pohon akan dilanjutkan di halaman Kantor Bupati dan semua kantor SKPD lingkup Enrekang, termasuk pada 11 Kecamatan yang ada di Enrekang.”Aksi tanam pohon ini juga dilakukan untuk menyongsong konferensi ke-13 UNFCCC di Bali pada Desember nanti,” kuncinya. (k4)

Laman Berikutnya »